"Salah ketik" Penggandaan DNA Penyebab Utama Kanker Darah

Photo credit: Photo by David Klein on Unsplash

Leukemia: Kanker Darah Jarang Terjadi

Oleh: Pak Ahmad

Berbeda dengan kanker lain seperti kanker payudara, kanker serviks, kanker paru, atau bahkan kanker ususbesar/rektum, kanker darah tidak termasuk kanker peringkat papan atas. Jumlahnya yang sangat sedikit ini juga membuat upaya deteksi dini maupun pencegahannya mendekati mustahil. Gejala Leukemia pun tidak terlalu spesifik, maka tidak heran ketika Bu Ani Yudhoyono pun pernah dikira mengalami kelelahan hingga akhirnya terdiagnosa Leukemia. Demikian pula ustadz Arifin Ilham yang terdiagnosa kanker darah dengan tipe Limfoma, dan juga putri artis Denada yang masih belia pun terkena leukemia. Kanker darah ini tidak membedakan usia dan status kesehatan, karena Kareem Abdul Jabbar, atlit basket terkenal dari LA Lakers pun tidak luput dari leukemia tipe LGK atau CML (Chronic Myeloid Leukemia)

Kanker Payudara bisa dikenali dengan meraba Sadari, Kanker Serviks dengan Papsmear/tes HPV, Kanker Paru dengan menghindari Merokok. Sedangkan kanker darah, sayangnya, tidak ada yang bisa diraba..

Lalu bagaimana Leukemia bisa terjadi?




Kanker bukanlah hukuman ataupun kutukan. Sebagaimana kanker yang lain, Leukemia adalah penyakit genetik. Tepatnya, akumulasi mutasi genetik. Penyebab mutasi bisa berasal dari luar tubuh (eksternal) atau dari dalam tubuh (internal). Penyebab mutasi eksternal yang terkenal adalah radiasi. Maka tidak heran kalau Madame Marie Curie, sang peneliti X-Ray meninggal karena leukemia akibat paparan radiasi yang terus menerus. Demikian pula, leukemia kerap merenggut nyawa korban bom atom Nagasaki dan Hiroshima dan juga pekerja medis seperti teknisi dan klinisi radiologi memiliki tingkat kematian akibat paparan radiasi. Maka untuk mengurangi resiko leukemia akibat paparan radiasi, para pekerja medis yang menggunakan teknik radiasi wajib menggunakan pakaian khusus

Sedangkan bagi masyarakat umum yang bukan korban bom atom maupun pekerja medis radiologi,  penyebab mutasi internal berperan dominan dalam pencetusan Leukemia. Mutasi internal ini dipicu oleh proses yang rutin terjadi yaitu proses replikasi DNA atau penggandaan DNA yang terjadi pada sel punca (stemcell) dalam sumsum tulang. Sel darah putih seperti limfosit dan neutrofil tidak hidup selamanya, dan mereka harus tetap diproduksi oleh sel punca yang berada di sumsum tulang. 

Dalam proses produksi sel leukosit baru untuk mengganti yang sudah aus, pasti memerlukan replikasi (penggandaan DNA), suatu proses alami. Nah disini tantangannya. Jumlah huruf yang menyusun 'buku genom' setiap sel berjumlah 3 milyar huruf, yang harus 'diketik' atau digandakan dalam tempo kurang dari 20 jam! Perlu juga diingat bahwa bukan sekedar jumlah huruf yang harus digandakan, tetapi juga space constraint yang harus dipertimbangkan. Sel yang umumnya berdiameter 6-10 micron (tidak nampak kasat mata), memiliki DNA yang panjangnya 1,8 meter. Bayangkan, upaya penggandaan huruf sebanyak itu dalam ruang yang sesempit itu. Kesalahan replikasi DNA pun tidak bisa dihindari. Studi atau penelitian dari Tomassetti dan Vogelstein di Johns Hopkins University School of Medicine menemukan bahwa rekam jejak mutasi gen yang ditemukan pada pasien leukemia menunjukkan mutasi akibat faktor kesalahan internal (DNA replication errors), bukan paparan dari lingkungan.



"Salah ketik" keniscayaan?

Penelitian Tomasetti dan Vogelstein memberikan pelajaran penting bahwa terkait sumber internal penyebab mutasi, yaitu faktor internal yang tidak mungkin dihindari apalagi dicegah. Namun, hal ini tidak berarti untuk menyerah kepada 'Bad Luck' begitu saja. Tim yang sama juga mengembangkan teknologi CancerSeek untuk mendeteksi 'kesalahan ketik' pada 8 tipe kanker sehingga bisa mendeteksinya sejak awal. Sayangnya, CancerSeek belum dikembangkan untuk kanker darah, mengingat jarangnya insiden kanker tersebut.

Apabila 'salah ketik' merupakan keniscayaan, mengapa kanker darah jarang terjadi?

Di sini ada sistem pertahanan tubuh yang berlapis yang bertugas untuk mengantisipasi terjadinya makar dari dalam tubuh kita sendiri

  • Sistem perbaikan DNA (DNA Repair)
  • Apoptosis
  • Patroli rutin
Kesalahan ketik yang terjadi tidak dibiarkan begitu saja. Allah SWT juga menciptakan sistem perbaikan DNA guna mengantisipasi dan memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi. Maka tingkat kesalahan pun bisa ditekan secara drastis. Dari 200 ribu gen lebih yang manusia miliki, sebagian darinya adalah kelompok gen yang menyandi enzim perbaikan DNA. Tugasnya adalah memonitor atau melaksanakan prosedur kendali mutu paska proses replikasi DNA. 

Namun, apabila kesalahan input atau ketik huruf DNA terjadi secara masif, maka sel akan mengaktifkan lini pertahanan kedua, yaitu Apoptosis yang dikomandani oleh gen p53. Apoptosis adalah proses "bunuh diri" sel yang berguna untuk menghilangkan sel yang terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan banyak kesalahan ketik atau input. Daripada sel ini berkembang menjadi sel kanker maka p53 akan mengaktifkan proses apoptosis dan matilah sel dalam keadaan senyap. Proses ini diperkirakan terjadi secara rutin tanpa kita menyadarinya malah cenderung "take it for granted". 

Tantangan terjadi apabila gen p53 sendiri ternyata termutasi akibat salah ketik. Dampaknya apoptosis tidak terjadi pada sel bermasalah yang seharusnya mengalami apoptosis. Namun, jangan khawatir, masih ada lini pertahanan (yang terakhir) yaitu batalyon patroli sel daya tahan tubuh yang tersusun dari sel limfosit CD4 dan CD8. Salah ketik atau mutasi yang terjadi pada DNA akan tersandi pada protein yang dihasilkannya. Dalam proses yang disebut 'antigen processing', sel yang telah termutasi secara masif dan tidak mampu mengaktifkan apoptosis, akan berupaya 'memanggil bantuan' sel patroli dengan mencari perhatian mereka. Bagaimana caranya? Semua protein yang terproduksi, baik yang masih normal maupun yang sudah termutasi, akan di sampling sebagian dan ditampilkan pada permukaan sel. 

Ketika sampling tersebut dipajang di permukaan sel, maka sel patroli akan segera menghampirinya dan menyidiknya secara fair dan transparan. Ia akan memastikan apakah sampling ini merupakan mutasi yang berbahaya sehingga perlu dilenyapkan atau dibiarkan. Dengan sistem pajanan seperti ini, patroli sel daya tahan tubuh mampu membedakan sel normal dan sel yang telah termutasi secara serius. Namun, ada kalanya sel yang telah termutasi tadi bisa saja berhasil meloloskan diri dari sergapan lini terakhir pertahanan tubuh. 

Kok bisa? Untuk melaksanakan tugasnya sel patroli memerlukan database dan asupan yang cukup. Stress dan depresi bisa mempengaruhi kinerja sel limfosit untuk mengenali dan melenyapkan sel calon kanker. Ketika itu terjadi, maka sel calon kanker melangsungkan prosesnya hingga titik ia menjadi sel keganasan yang tidak bisa lagi ditanggulangi. Lahirlah sel kanker.

Mengingat hal ini, benarlah bahwa Allah ta'ala memang tidak menciptakan manusia untuk hidup selamanya. Ada proses internal yang merupakan titik kelemahan manusia. Maka sungguh naif ketika manusia tidak menjadi kesehatannya dari faktor eksternal, mengingat secara internal manusia sudah memiliki faktor internal (DNA replication error) yang bisa memicu lahirnya sel kanker. Di sinilah manusia perlu merendahkan dirinya pada Sang Pencipta, betapa lemahnya jasad manusia. 

Apa terapi yang tepat untuk kasus leukemia?

Tergantung dari jenis dan subtipe leukemia. Sebagian limfoma bisa dilakukan terapi target rituximab selama limfoma tersebut mengekspresikan protein CD20. Untuk leukemia jenis CML (Chronic Myeloid Leukemia) dimana terjadi mutasi spesifik yaitu fusi translokasi kromosom 9;22 sehingga terjadi fusi BCR-ABL maka bisa diterapi target dengan senyawa kimia per oral yaitu imatinib mesylate, nilotinib, atau dasatinib. Atau juga berbagai modalitas kemoterapi untuk kasus leukemia lain. Untuk sebagian kasus AML (acute myeloid leukemia) ditemukan modalitas imunoterapi baru dengan merekayasa sel imun pasien sendiri untuk diubah menjadi CAR-T cell di laboratorium, Ketika CAR-T cell ini di kembalikan ke pasien yang sama, ia bisa memburu sel leukemia secara akurat. Namun CAR-T ini termasuk mahal dan juga tergantung perjalanan klinis pasien apakah memang memungkinkan atau tidak. Namun bagi sebagian pasien leukemia, terapi stem-cell atau transplantasi sumsum tulang adalah pilihan pamungkas. Hanya saja tantangannya adalah mencari donor yang tepat.

Bagaimana ringkasan prosedur transplantasi sumsum tulang untuk leukemia bisa dibaca di sini. 

Kanker bukanlah suatu hukuman maupun kutukan. 

Kanker banyak mengajari kita tentang kehidupan, tentang hukum Allah yang mengatur metabolisme sel, mengajari kita untuk memanfaatkan waktu, untuk menutup buku kehidupan dengan segudang manfaat bagi manusia lain sekaligus bekal menghadapi hari pertanggungjawaban yang lebih baik dan kekal daripada kehidupan di dunia ini yang serba fana. 



Referensi:

https://www.mdedge.com/hematology-oncology/article/185807/leukemia-myelodysplasia-transplantation/most-blood-cancer-mutations-due-dna

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1470204504015979


Komentar

  1. Maasyaa Allah.. Allahu sungguhAkbar.. Maha Besar Allah yg menciptakan sistem tubuh manusia begitu lengkapnya.. Terima kasih utk tulisan yang luar biasa ini menambah wawasan saya, Pak Ahmad..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah turut senang, mohon doanya agar Allah ta'ala mudahkan utk menulis berikutnya, jazakumullahu khayran

      Hapus
  2. Membahas kanker dari ahlinya, sangat bermanfaat, apalagi dikaitkan dengan sunatullah. Luar biasa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer