Gaya Hidup Modern dan Resiko Kanker Payudara

Silakan vote (klik atau sentuh) opsi di polling dibawah ini untuk opsi mana menurutmu yang paling beresiko




Seusai saya mendiskusikan faktor resiko wanita modern untuk terkena kanker payudara di sebuah kampus kedokteran, beberapa mahasiswa(i) pun mendekat dengan wajah penuh kekuatiran. "Kami kan perlu waktu lama untuk kuliah, lanjut ke spesialis, praktek, lalu bagaimana dong, Pak?"

Kalau kita bicara upaya pencegahan kanker payudara di tulisan populer, baik di media daring dan sosial media, penekanan pada pola hidup sehat dicontohkan sebagai rajin olahraga, hindari merokok (baik aktif maupun pasif), konsumsi makanan sehat banyak sayur dan buah (hindari processed foods, dan junk foods), dan juga hindari minuman keras, serta kelola stress.

Lalu mengapa para mahasiswa tadi memiliki perhatian khusus terkait 'waktu yang lama', ada apa dengan 'lama'?

Kebiasaan untuk makan dan hidup sehat memang tidak mudah, apalagi di jaman yang semuanya serba instant. Olahraga pun tidak mudah apalagi dikit-dikit naik motor, atau bahkan parkir pun sebisa mungkin sedekat mungkin toko yang kita tuju. Malas berjalan bukan? Tapi baik konsumsi makan dan minum sehat, serta olahraga relatif lebih mudah di carikan waktu bagi para mahasiswi daripada ... hamil!

Tuntutan kuliah, dan tuntutan bekerja paska kuliah membuat mereka sulit berpikir untuk hamil. Sayangnya organ reproduksi wanita tidak banyak berubah sejak Hawa dulu diciptakan. Proses biologis mulainya haid sebagai awal kewanitaan, dan kodratnya untuk hamil dan menyusui tidak berubah. Namun, sisi lain kehidupan modern yang jarang dibahas yaitu: menunda kehamilan adalah gaya hidup yang terbukti meningkatkan insiden kanker payudara. Dengan kata lain, kehamilan adalah salah satu pilihan gaya hidup yang terbukti menurunkan resiko kanker payudara.

Maka bagi newly-weds young couples out there, jangan tunda kehamilan ya

Oya bagaimana dengan seks bebas? Seks bebas memang tidak patut baik dari sisi budaya kita, apalagi dari sisi agama, so pasti dosa. Tapi kalau hubungan seks yang sah dan halal yang bisa berujung pada kehamilan, itu keren. Studi dari Universitas Padua di abad ke-18 menunjukkan bahwa para biarawati yang memilih untuk tidak berhubungan seks (sehingga tidak pernah hamil), sangat rentan untuk terkena kanker payudara.

Mengapa menunda kehamilan jarang dibahas?

Karena, penundaan kehamilan adalah salah satu fenomena kehidupan wanita modern yang memang sulit sekali dihindari. Konsumsi makanan sehat dan berolahraga nampaknya tentu lebih mudah dinegosiasi ketimbang harus menjalani proses kehamilan yang lamanya (9 bulan lebih), belum ditambah waktu untuk menyusui padahal tekanan pekerjaan di kantor serta tuntutan atasan yang tidak henti-hentinya..



Adalah Dr Janet Claypon, seorang peneliti wanita di MRC Medical Research Council Inggris yang melakukan terobosan dalam studi epidemiologi. Di tahun 1926, Dr Claypon mempublikasikan studi case-control dimana ia meneliti 500 wanita dengan kanker payudara dan 500 wanita tanpa kanker payudara dari 5 rumah sakit di Inggris. Studi beliau menunjukkan bahwa berikut ini adalah wanita yang 'terlindungi' dari kanker payudara:
  • menikah muda
  • high parity (banyak anak)
  • menyusui
Sebaliknya, wanita dengan sejarah reproduksi berikut lebih rentan untuk terkena kanker payudara:
  • tidak menikah
  • nulliparous (tidak punya anak)
  • tidak menyusui
Studi Dr Claypon di Inggris ini, lalu diulang oleh Dr Wainwright di tahun 1931 dengan menilik wanita di seberang atlantik yaitu di Amerika (600an wanita dengan kanker payudara dan 500 lebih wanita tanpa kanker payudara).  Hasilnya pun sama. Dan studi sebelum pecahnya perang dunia II inipun di analisa ulang dengan menggunakan alat statistik modern oleh Press dan Pharaoh (2010) dan hasilnya mengkonfirmasi puluhan studi epidemiologi di 40 negara.

Tren semakin tua umur seorang wanita dalam melahirkan anak pertamanya (Ref: Schedin 2006)


Artinya, menunda kehamilan sebenarnya adalah pilihan gaya hidup wanita modern, dan sayangnya biologi khusus kaum hawa ini tidak bisa dinegosiasi. Semakin lama kehamilan ditunda, semakin banyak mutasi terakumulasi pada stem-cell epitel payudara. Maka tidak heran, melahirkan anak pertama pada usia di atas 30 tahun sebenarnya meningkatkan resiko kanker payudara, karena stem cell payudara yang telah mengakumulasi mutasi mulai bangkit untuk berproliferasi dan berubah menjadi cancer stem cell (cikal bakal kanker payudara).

Dampak kehamilan pada Resiko terjadinya kanker payudara. Semakin dini seorang wanita melahirkan anak pertama (lebih muda dari 20 tahun), maka resiko terjadi kanker payudara lebih kecil (ketika mencapai 75 tahun) ketimbang seorang wanita yang melahirkan anak pertamanya di usia diatas 35 tahun. Ref:  1. Meier-Abt F, Bentires-Alj M. How pregnancy at early age protects against breast cancer. Trends in Molecular Medicine. 2014;20(3):143-153. doi:10.1016/j.molmed.2013.11.002.


Mengapa sering hamil dan menyusui memberikan proteksi kepada wanita terhadap kanker payudara? Karena kehamilan menyiapkan stem-cell payudara untuk bersiap untuk fokus berdiferensiasi (beralih bentuk) menjadi sel epitel produser Air Susu Ibu (ASI). Semakin banyak anak yang lahir dan menyusui semakin lama waktu 'istirahat' dari siklus sel untuk perbanyakan diri.
Dengan bertambahnya usia, akumulasi mutasi pun menumpuk pada stem-cell payudara. Maka ketika wanita di atas 30 tahun mulai hamil untuk pertama kalinya, maka stemcell yang sudah banyak mengalami mutasi berpotensi berubah menjadi stem-cell kanker payudara (ref: Polyak 2006)

Bahkan bagi para wanita yang lahir dengan mutasi gen BRCA1 seperti yang dialami oleh Angelina Jolie, nikah muda dan segera memiliki anak bisa menurunkan resiko kanker payudara hampir 30-50%.

Wanita yang mengalami mutasi gen BRCA1 (a) atau BRCA2 (b) memiliki penurunan resiko terjadinya kanker payudara ketika hamil di usia muda dibandingkan dengan wanita yang mengalami mutasi gen yang sama yang tidak pernah hamil.(ref: Evans DG et al., 2018)


Kehidupan modern yang mendorong baik pria dan wanita untuk berkompetisi head-to-head menimbulkan masalah baru. Sistem pendidikan dan tatanan sosial masyarakat perlu dibenahi sebelum epidemik kanker payudara menjadi tidak terkendali. Perlu adanya sistem poleksosbudhankam yang ramah wanita, sehingga wanita bisa terlindungi dari kanker payudara mengingat lifetime risk nya tinggi yaitu 1 dari 8 wanita akan terkena kanker payudara ketika mereka menginjak 70 tahun.

Bagi wanita, bekerja bukanlah kewajiban, ia adalah opsi dan/atau hobi. Berbeda dengan pria, dimana bekerja adalah kewajiban untuk menyediakan sandang, pangan, papan bagi keluarganya. Ar Rijalu qawwamuna ala nisa (Pria adalah pelindung yang mengurus para wanita).


Komentar

Postingan Populer