Apakah kanker penyakit keturunan?

Photo by Drew Hays on Unsplash
Mayoritas penderita kanker tidak memiliki sejarah keluarga. Hanya sekitar 10 dari 100 pasien yang mewarisi gen yang sudah termutasi sehingga resikonya mendapatkan kanker lebih tinggi dari kebanyakan manusia. Artinya, seseorang yang sudah mewarisi gen yang bermasalah seperti BRCA (untuk kanker payudara), MLH1/MSH2 (untuk kanker kolorektal), dan CHEK2 (double kanker payudara dan kolorektal), maka resiko dia mendapatkan kanker ketika dia mencapai umur 70 tahun bisa naik sekitar 40-80%.  Memang betul mutasi genetik tidak bisa menvonis akan mendapatkan kanker, namun resiko bisa dimitigasi. Sebagaimana menghitung kemungkinan hujan ketika BMKG mengatakan 70% akan turun hujan, silakan di interpretasi mau bawa payung atau tidak.

Darimana informasi 10% pewaris genetik?

Prevalensi kasus kanker yang diduga memiliki garis keturunan yaitu sekitar 10%. Perlu diperjelas, ini bukan untuk semua kanker. Kanker yang berhubungan dengan virus seperti HBV (kanker hati), HPV (kanker serviks atau mulut rahim), EBV (kanker nasofaring) hampir bisa dipastikan lebih bersifat sporadik (artinya sang penderita tidak ada sejarah kanker di keluarganya).

Jadi studi tentang kasus kanker keturunan lebih berasal dari hasil studi pada kanker payudara dan kolorektal.

Informasi ini bisa dilihat di artikel yang berjudul “Advances in Breast Cancer: Pathways to Personalized Medicine” di publikasi di jurnal Clinical Cancer Research 2008;14(24) December 15, 2008.

atau juga di artikel yang ditulis oleh Henry Lynch yang berjudul “Hereditary Breast Cancer: Part I. Diagnosing Hereditary Breast Cancer Syndromes” dipublikasi di jurnal The Breast Journal, Volume 14 Number 1, 2008 3–13

Kanker apa yang resikonya bisa diantisipasi?


Li Fraumeni (kanker payudara), Cowden syndrome (kanker payudara), Early Onset Breast and Ovary Cancer Syndrome (kanker payudara dan ovari), Hereditary Non-Polyposis Colorectal Cancer (kanker kolorektal), Adenomatous Polyposis Colorectal Cancer (kanker kolorektal), Broca syndrome (kanker kolorektal dan payudara);

dimana gen yang terlibat adalah p53 (Li Fraumeni), MLH1/MSH2 (HNPCC), BRCA1/2 (early onset breast and ovary), APC, PTEN (Cowden Syndrome), CHEK2 (Broca Syndrome).

Pemeriksaan genetik ini bisa dilakukan di laboratorium yang memiliki akses ke DNA Sequencing.

Lalu bagaimana dengan seseorang yang tidak memiliki sejarah keluarga tetapi menderita kanker?

Mayoritas penderita kanker (sekitar 90%) tidak memiliki kasus kanker di keluarganya. Namun miskonsepsi di masyarakat lalu menganggap bahwa genetik tidak berperan di mayoritas pasien. Ini kekeliruan yang perlu diluruskan. Ketika sel normal tertransformasi menjadi keganasan, di situ pasti terjadi perubahan genetik. Perubahan ini bisa bersifat permanen (seperti mutasi gen), atau dinamis (seperti metilasi gen). Jadi ketika disebutkan ada faktor 'selain genetik' seperti gaya hidup, polusi, asupan makanan, dan faktor resiko lain, faktor2 itu semua sebenarnya berujung kepada perubahan genetik.

Gaya hidup yang tidak sehat seperti rokok akan menyebabkan mutasi pada gen. ketika gaya hidup ini dikombinasi dengan minum alkohol/khamr, maka akan memicu proliferasi sel yg telah mengalami mutasi. Apabila kombinasi mutasi terjadi secara pas maka akan memicu gejala keganasan.

Perlu dimengerti bahwa kanker bukan cuma masalah meningkatkan proliferasi. tetapi ia juga harus memiliki sederet kemampuan untuk bisa bertahan hidup di tubuh manusia. yaitu kemampuan untuk membuat pembuluh darah baru, bertahan dari lingkungan yang rendah oksigen, bertahan dari kematian (apoptosis), dan kemampuan untuk berpindah (metastasis). Semua kemampuan itu dicapai dengan 'merusak tatanan gen'. maka tidak heran kalau kita boleh pelesetkan istilah GEN SANA in CORPORE SANO, di dalam GEN yang sehat ada tubuh yang kuat. Maka, Jagalah Gen anda dengan perilaku sehat!

Komentar

Postingan Populer